Rabu, 20 April 2016

Modal Kerja

Modal kerja
Setiap perusahaan pasti membutuhkan modal kerja untuk membelanjai kebutuhan sehari-hari. Modal kerja ini sangat berhubungan dengan current asset atau aktiva lancar perusahaan. Pengelolaan modal kerja ini merupakan aspek penting bagi perusahaan. Perusahaan secara umum harus mempertahankan jumlah modal kerja sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Secara umum aktiva lancar terdiri dari kas, surat-surat berharga atau sekuritas, piutang dan persedian. Setiap elemen dari aktiva lancar tersebut harus dikelola secara efisien agar bisa meningkatkan tingkat likuiditas perusahaan pada tingkat yang aman.
A.      Definisi Dan Konsep Dasar Modal Kerja
Modal kerja mengandung dua pengertian, yaitu gross working capital yang merupaka keseluruhan dari aktiva lancar, dan net working capital yang merupakan selisih antara aktiva lancar dikurangi hutang lancar. Berkaitan dengan pengertian modal kerja ini dapat dikemukakan beberapa konsep, yaitu:
a.    Konsep Kuantitatif
Modal kerja menurut konsep kuantitatif didasarkan pada kuantitas dana yang tertanam dalam unsur-unsur aktiva lancar, sekali berputar akan kembali ke dalam bentuk semula dalam waktu yang tidak terlalu lama. Modal kerja dalam pengertian ini sering disebut modal kerja bruto (gross working capital).
Kas, Piutang, Persediaan, Surat Berharga, Persekot Asuransi. (Dijumlah)
b.   Konsep Kualitatif

Modal kerja menurut konsep kualitatif adalah sebagian dari aktiva lancar yang benar-benar dapat digunakan untuk membiayai operasi perusahaan tanpa menunggu likuiditasnya, yaitu merupakan kelebihan aktiva lancar di atas hutang lancarnya. Modal kerja dalam pengertian ini sering disebut modal kerja neto (net working capital).
Jumlah Aktiva Lancar – Hutang Lancar
c.    Konsep Fungsional
Modal kerja menurut konsep fungsional berdasarkan pada fungsi dari dana dalam menghasilkan pendapatan. Setiap dana yang digunakan dalam periode akuntansi tertentu yang seluruhnya langsung menghasilkan pendapatan pada periode tersebut dan ada sebagian dana lainnya yang digunakan selama periode tersebut namun tidak seluruhnya digunakan dalam menghasilkan pendapatan pada periode berikutnya. Dalam konsep ini dikenal modal kerja potensial, yaitu modal kerja yang menghasilkan pendapatan dari perusahaan yang bersangkutan.
Kas, Persediaan barang, Piutang sebesar harga pokok barang, Penyusutan gedung, Penyusutan Mesin. (Dijumlah)
Karena: Laba dihitung dari harga pokok maka investasi dalam piutang dihitung sbb.
Misal harga pokok = 100x
Laba 25% dari harga pokok = 20% x 100 x = 25 x
100 x + 25 x = 125x
Besarnya modal kerja yang terinvestasi dalam piutang (100/125) x 25 juta = 20 juta
Elemen Modal Kerja
a.    Kas
Kas merupakan aktiva yang paling likuid atau merupakan unsur modal kerja yang paling tinggi likuiditasnya yang berarti semakin besar jumlah yang dimiliki oleh suatu perusahaan akan semakin tinggi pula tingkat likuiditasnya. Tetapi suatu perusahaan yang mempunyai tingkat likuiditas yang tinggi karena adanya kas dalam jumlah yang banyak mencerminkan adanya overinvestment dalam kas atau banyak uang yang menganggur dan berarti bahwa perusahaan kurang efisien dalam pengelolaan kas. Jumlah kas yang relatif kecil akan diperoleh profit yang lebih besar namun suatu perusahaan yang hanya mengejar keuntungan tanpa memperhatikan likuiditas akhirnya perusahaan itu akan dalam keadaan likuid apabila sewaktu-waktu ada tagihan.
b.    Piutang
Dalam rangka usaha memperbesar volume penjualannya kebanyakan perusahaan menjual produknya dengan kredit. Penjualan kredit tidak segera menghasilkan penerimaan kas tetapi menimbulkan piutang langganan dan baru kemudian pada hari jatuh temponyaterjadi aliran kas masuk (cash inflows) yang berasal dari pengumpulan piutang tersebut. Dengan demikian maka piutang (receivables) merupakan aktiva atau kekayaan perusahaan yang timbul akibat dari pelaksanaan politik penjualan kredit (Riyanto, 2008: 85). Manajemen piutang merupakan hal yang sangat penting bagi perusahaan yang menjual produknya dengan kredit. Manajemen piutang terutama menyangkut masalah pengendalian jumlah piutang, pengendalian pemberian dan pengumpulan piutang serta evaluasi terhadap politik kredit yang dijalankan oleh perusahaan.
c.    Persediaan
Inventory atau persediaan barang sebagai elemen utama dari modal kerja merupakan aktiva yang selalu dalam keadaan berputar dimana secara terus-menerus mengalami perubahan (Riyanto, 2008: 69). Masalah investasi dalam inventory merupakan masalah pembelanjaan aktif seperti halnya investasi dalam aktiva-aktiva lainnya. Masalah penentuan besarnya investasi atau lokasi modal dalam inventory berpengaruh langsung terhadap profitabilitas pada perusahaan. Kesalahan dalam penetapan besarnya investasi dalaminventory (persediaan) akan menekan keuntungan.
B.       Definisi Dan Tujuan Manajemen Modal Kerja
Manajemen modal kerja adalah kegiatan yang mencakup semua fungsi manajemen atas aktiva lancar dan kewajiban jangka pendek perusahaan (Syahyunan 2004:36). Manajemen modal kerja yang efektif menjadi sangat penting untuk pertumbuhan kelangsungan perusahaan dalam jangka panjang. Apabila perusahaan kekurangan modal kerja untuk memperluas penjualan dan meningkatkan produksinya, maka besar kemungkinannya akan kehilangan pendapatan dan keuntungan.
Tujuan Manajemen Modal Kerja
1.    Memaksimalkan nilai perusahaan dengan mengelola aktiva lancar sehingga tingkat pengembalian investasi marjinal adalah sama atau lebih besar dari biaya modal yang digunakan untuk membiayai aktiva-aktiva tersebut.
2.    Meminimalkan biaya modal yang digunakan untuk membiayai aktiva lancar.
3.    Pengawasan terhadap arus dana dalam aktiva lancar dan ketersediaan dana dari sumber hutang, perusahaan selalu dapat memenuhi kewajiban keuangannya pada saat jatuh tempo.
C.      Aktiva Lancar
Aktiva Lancar adalah aktiva yang dapat di jadikan uang dalam waktu yang singkat dalam waktu kurang dari satu tahun yang teridiri dari kas, surat-surat berharga, piutang dan persediaan .
Pos-pos yang terdapat dalam aktiva lancar diatas dapat dijelaskan sebagai berikut :
1.    Kas
Kas adalah unsur modal kerja yang paling likuid atau paling tinggi tingkat likuiditasnya yang diperlukan untuk operasi sehari-hari atau untuk pembelian aktiva tetap yang setiap saat dapat digunakan.
2.    Piutang
Piutang yang berasal dari penjualan barang dan jasa yang merupakan kegiatan usaha normal perusahaan disebut piutang dagang atau piutang usaha (trade receivables).  
3.    Persediaan.
Persediaan adalah akun persediaan barang dagang pada awal periode akuntansi mengindikasikan jumlah stok pada tanggal tersebut.
4.    Wesel tagih (notes receivable).
Wesel tagih (notes receivable)adalah hutang dari para pelanggan yang didukung dengan janji tertulis untuk membayar jumlah tersebut dan mungkin disertai dengan bunga pada tanggal yang telah dijanjikan.
5.    Sekuritas
Surat berharga yang segera dapat dijual setelah ada pemberitahuan
6.    Persekot Atau Pembayaran
Persekot atau pembayaran yang diterima dimuka, adalah pengeluaran untuk memperoleh jasa dari pihak lain, tetapi pengeluaran itu belum menjadi biaya atau jasa pihak lain itu belum dinikmati oleh perusahaan pada periode ini melainkan pada periode berikutnya.
7.         Investasi Jangka Pendek
8.         Wesel tagih
9.         Biaya di bayar dimuka
 HITUNG LANCAR
Munawir (2004:18) mengemukakan pengertian hutang lancar sebagai berikut: Hutang lancar atau hutang jangka pendek adalah kewajiban keuangan perusahaan yang pelunasannya atau pembayaran akan dilakukan dalam jangka pendek (satu tahun sejak tanggal neraca) dengan menggunakan aktiva lancer yang dimiliki oleh perusahaan. Hutang lancar merupakan kewajiban perusahaan kepada pihak lain yang harus dipenuhi dalam jangka waktu kurang dari satu tahun, atau utang yang jatuh temponya masuk siklus akuntansi yang sedang berjalan. Yang termasuk hutang lancar adalah sebagai berikut:
a. Wesel Bayar (Notes Payable) Wesel bayar adalah promes tertulis dari perusahaan untuk membayar sejumlah uang atau perintah pihak lain pada tanggal tertentu yang akan datang yang ditetapkan (utang wesel). Promes dapat diberikan kepada bank ketika perusahaan meminjam uang atau kepada kreditur untuk pembelian barang dagangan secara kredit.
b. Hutang Dagang (Account Payable) Hutang Dagang Adalah semua pinjaman yang  timbul karena pembelian barang-barang dagangan atau jasa secara kredit. Pinjaman tersebut akan dikembalikan dalam waktu satu tahun atau kurang (jangka waktu operasi perusahaan yang normal).
c. Penghasilan Yang Ditangguhkan (Differed Revenue) Penghasilan yang diterima terlebih dahulu merupakan penghasilan yang sebenarnya yang belum menjadi hak perusahaan. Pihak lain telah menyerahkan uang terlebih dahulu kepada perusahaan sebelum perusahaan menyerahkan barang atau jasanya (perusahaan berkewajiban untuk memenuhinya). Penghasilan baru direalisasi bila jasa-jasa telah dipenuhi atau transaksi penjualan telah selesai. 
d. Hutang Dividen (Divident Payable) Hutang dividen merupakan bagian laba perusahaan yang diberikan sebagai deviden kapada pemegang saham, tetapi belum dibayarkan ketika neraca disusun. Hutang Pajak (Tax Payable) Beban pajak perseroan yang belum dibayarkan pada waktu neraca disusun.Kewajiban Yang Masih Harus Dipenuhi (Accrual Payables)  Kewajiban yang timbul karena jasa-jasa yang diberikan kepada perusahaan selama jangka waktu tertentu, tetapi pembayarannya belum dilakukan.Misalnya: upah, bunga, sewa, pensiun dan lain-lain
D.      Kebijakan Investasi Alternatif Dalam Aktiva Lancar
Bentuk mempertahankan jumlah aktiva lancar yang dimiliki suatu perusahaan perlu adanya kebijakan dalam melakukan investasi dalam bentuk aktiva lancer.
Eugene F. Brigham dan Joel F. Houston dalam bukunya yang berjudul "Fundamentals Of Financial Management" dan diterjemahkan oleh Dodo Suharto dan Herman Wibowo dengan judul bukunya "Manajemen Keuangan" mengemukakan: “Terdapat tiga alternatif kebijakan sehubungan dengan jumlah aktiva lancar yang dimiliki, yaitu :
1.    Kebijakan Investasi Aktiva Lancar yang Longgar (relaxed current assets invesment assets policy).
2.    Kebijakan Investasi Aktiva Lancar yang Ketat (restricted current assets invesment policy).
3.    Kebijakan Investasi Aktiva Lancar yang Moderat (moderate current assets invesment policy).”(2001;151)

Dari pernyataan di atas dapat dijelaskan terdapat tiga alternatif kebijakan sehubungan dengan jumlah aktiva lancar yang dimiliki, yaitu :
1.    Kebijakan Investasi Aktiva Lancar yang Longgar (relaxed current assets invesment assets policy). Suatu kebijakan di mana kas, sekuritas dan persediaan dimiliki dalam jumlah yang relatif besar serta penjualan dilakukan dengan kebijakan penjualan kredit yang longgar sehingga mengakibatkan tingkat piutang usaha yang tinggi.
2.    Kebijakan Investasi Aktiva Lancar yang Ketat (restricted current assets invesment policy). Suatu kebijakan yang berupaya meminimumkan jumlah kas, sekuritas, persediaan, dan piutang usaha perusahaan.
3.    Kebijakan Investasi Aktiva Lancar yang Moderat (moderate current assets invesment policy). Suatu kebijakan di antara kebijakan yang longgar dan yang ketat.
E.       Konsep Modal Kerja Nol
Menurut pandangan pertama, manajemen modal kerja tampaknya tidak sepenting penganggaran modal, dividen, dan keputusan lain yang menentukan arah jangka panjang perusahaan. akan tetapi, dalam dunia persaingan global yang ketat dewasa ini, manajemen modalkerja mendapatkan perhatian yang makin meningkkat dari manajer yang berusaha keras untuk mencapai efisiensi puncak. Nyatanya, sasaran dari banyak perusahaan terkemuka dewasa ini/termasuk American standar, Campbell soup, general electric, quarkeroats, dan whirpool-adalah modal kerja nol (zero working capital). Pendukung konsep kerja nol menyatakan bahwa suatu gerakan kearah sasaran ini tidak hanya menghasilkan uang kas tetapi juga mempercepat produksi dan membantu perusahaan melakukan penyerahan yang lebih tepat waktu dan beroperasi secara efisien. Konsep ini mempunyai definisi sendiri atas modal kerja : persediaan + piutang-hutang. Konsep pemikirannya adalah:
1.    Persediaan dan piutang adalah kunci untuk mengadakan penjualan tetapi,
2.    Persediaan dapat dibiayai oleh pemasok melalui piutang usaha
Jenis-Jenis Modal Kerja
Menurut A. W. Taylor (Dalam Riyanto, 2001:60-61) menyatakan bahwa modal kerja bias dikelompokkan ke dalam dua jenis sebagai berikut:
1.    Modal Kerja Permanen
Modal kerja permanen adalah modal kerja yang selalu harus ada dalam perusahaan agar dapat menjalankan kegiatannya untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Modal kerja permanen dibagi menjadi dua macam yakni:
      a.       Modal Kerja Primer.
Modal kerja primer adalah modal kerja minimal yang harus ada dalam  perusahaan untuk menjamin agar perusahaan tetap bisa beroperasi.
      b.      Modal Kerja Normal.
Merupakan modal kerja yang harus ada agar perusahaan bias  beroperasi dengan tingkat produksi normal. 
MODAL KERJA VARIABLE
Modal kerja variabel adalah modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan perubahan kegiatan ataupun keadaan lain yang  mempengaruhi perusahaan atau berfluktuasi berdasarkan volume produksi atau penjualan.
Modal kerja variable terdiri dari:
        a.       Modal Kerja Musiman. Merupakan sejumlah dana yang dibutuhkan untuk mengantisipasi apabila ada fluktuasi kegiatan perusahaan, misalnya perusahaan biscuit harus menyediakan modal kerja lebih besar pada saat musim hari raya.
        b.      Modal Kerja Siklus. Adalah modal kerja yang jumlah kebutuhannya dipengaruhi oleh fluktuasi konjungfur.
         c.       Modal Kerja Darurat. Modal kerja ini jumlah kebutuhannya dipengaruhi oleh keadaan- keadaan yang terjadi diluar kemampuan perusahaan. Sebuah usaha akan sehat apabila posisi modal kerjanya stabil, artinya dari dua jenis modal kerja di atas tersedia.
Menurut Munawir (2004:116) manfaat lain dari tersedianya modal kerja yang cukup adalah sebagai berikut :
1. Melindungi perusahaan dari akibat buruk berupa turunnya nilai aktiva lancar, seperti adanya kerugian karena debitur tidak membayar, turunnya nilai persediaan karena harganya merosot.
2. Memungkinkan perusahaan untuk melunasi kewajiban-kewajiban jangka pendek tepat pada waktunya.
3. Memungkinkan perusahaan untuk dapat membeli barang dengan tunai sehingga dapat mendapatkan keuntungan berupa potongan harga.
4. Menjamin perusahaan memiliki kredit standing dan dapat mengatasi peristiwa yang tidak dapat diduga seperti kebakaran, pencurian dan sebagainya.
5. Memungkinkan untuk memiliki persediaan dalam jumlah yang cukup guna melayani permintaan konsumennya.
6. Memungkinkan perusahaan dapat memberikan syarat kredit yang menguntungkan kepada pelanggan.
7. Memungkinkan perusahaan dapat beroperasi denan lebih efisien karena tidak ada kesulitan dalam memperoleh bahan baku biasa dan supply yang dibutuhkan
Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah modal kerja adalah sebagai berikut.
1.      Sifat umum atau tipe perusahaan (Modal kerja yang dibutuhkan perusahaan jasa (public utility) relatif rendah karena investasi dalam persediaan dan piutang pencairannya menjadikan relatif cepat).
2.      Waktu yang diperlukan untuk memproduksi atau mendapatkan barang dan ongkos produksi per unit atau harga beli per unit barang. Jumlah modal kerja bukan langsung dengan waktu yang dibutuhkan mulai dari bahan baku atau barang jadi dibeli sampai barang-barang dijual kepada langganan. Makin panjang waktu yang diperlukan untuk memproduksi barang atau untuk memperoleh barang makin besar kebutuhan akan modal kerja.
3.      Syarat pembelian dan penjualan (Syarat kredit pembelian barang dagangan atau bahan baku akan mempengaruhi besar kecilnya modal kerja. Syarat kredit pembelian yang menguntungkan akan memperkecil kebutuhan uang kas yang harus ditanamkan dalam persediaan, sebaliknya bila pembayaran harus dilakukan segera setelah barang diterima maka kebutuhan uang kas untuk membelanjai volume perdagangan menjadi lebih besar).
4.      Tingkat perputaran persediaan (Semakin sering persediaan diganti (dibeli dan dijual kembali) maka kebutuhan modal kerja yang ditanamkan dalam bentuk persediaan (barang) akan semakin rendah.)
5.      Tingkat perputaran piutang ( Kebutuhan modal kerja juga tergantung pada periode waktu yang diperlukan untuk mengubah piutang menjadi uang kas.)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar