Rabu, 20 April 2016

Manajemen Kas, Piutang, dan Persediaan

Manajemen Kas, Piutang, Persediaan
     Kas merupakan salah satu bagian dari aktiva yang paling likuid (paling lancar), yang bisa dipergunakansegera untuk memenuhi kewajiban finansial perusahaan.
Tujuan perusahaan menyimpan/membutuhkan kas
a.       Kebutuhan kas untuk transaksi (diperlukan dalam pelaksanaan operasi usaha perusahaan)
b.      Kebutuhan kas untuk berjaga-jaga (untuk mengantisipasi aliran kas masuk dan keluar yang tidak kontinyu dan sulit diperkirakan)
c.       Kebutuhan kas untuk berspekulasi      

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BESARNYA SEDIAAN KAS
•    Kas adalah satu unsur modal kerja yang paling tinggi tingkat likuiditasnya.
•     Jumlah kas yang paling ideal sampai saat ini belum ada standar umumnya, tetapi telah terdapat beberapa pedoman untuk menentukan jumlah kas perusahaan.
•    Jumlah kas dapat pula dihubungkan dengan salesnya (penjualan).
•  Seperti halnya sediaan, kas juga memiliki persediaan bersih atau persediaan minimal yang disebut sebagai “safety cash balance”
                    

ANGGARAN KAS (BUDGET KAS)
Tujuan penyusunan anggaran kas bagi pimpinan perushahaan :
•     Kemungkinan posisi kas sebagai hasil rencana operasinya perusahaan
•     Kemungkinan adanya surplus dan defisit karena rencana operasi perusahaan
•         Besarnya dana beserta saat/kapan dana tersebut dibutuhkan untuk menutup defisit kas 
Tahap penyusunan budget kas                                              
•    Penyususun estimasi penerimaan dan pengeluaran menurut rencana operasionil perusahaan
•   Menyusun perkiraan atau estimasi kebutuhan dana atau kredit dari bank atau sumber-sumber dana lainnya yang diperlukan untuk menutup defisit kas karena rencana operasi perusahaan
•   Menyusun kembali estimasi keseluruhan penerimaan dan pengeluaran setelah adanya transaksi finansil dan budget kas yang final


MANAJEMEN PIUTANG
Persediaan dan piutang dagang adalah dua perkiraan aktiva lancar yang terbesar. Secara bersama-sama kedua jenis aktiva ini mencakup hampir 80% dari aktiva lancar dan lebih dari 30% total aktiva untuk semua industri manufaktur.
Manajemen dan kebijakan kredit yaitu dasar untuk pengambilan keputusan pemberian kredit. Keputusan itu melibatkan standar kredit, syarat-syarat kredit, dan penentuan siapa yang akan menerima kredit.
ANALISIS KREDIT                         
     Analisis kredit berusaha untuk menetapkan siapa yang harus menerima kredit dan berdasarkan kondisi apa. Dua aspek dari proses itu harus dibedakan : langganan baru versus langganan yang ada. Yang kedua tidak begitu sulit karena pengalaman memberikan informasi yang cukup banyak. Analasis kredit jelas merupakan masalah yang lebih sulit bagi langganan yang prospektif berilaku dengan pemasok lainnya. Jenis formasi ini dapat diperoleh dengan biaya tertentu dari agen informasi keuangan khususnya seperti Dun & Bradstreet.
STANDAR KREDIT                                                                        
     Standar kredit merupakan rincian nilai-nilai atau karateristik-karateristik yang menentukan apakah seorang pelanggan akan menerima kredit. Sejumlah variabel terlibat dan beberapa pelanggan lemah dapat diberi kredit dalam kondisi-kondisi yang telah ditentukan.
Jika suatu perusahaan melakukan penjualan dengan kredit hanya kepada para pelanggan yang kuat, kerugian karena timbulnya piutang ragu-ragu biasanya kecil. Sebaliknya ada kemungkinan tingkat penjualan yang hilang tersebut dapat lebih besar daripada biaya yang dapat dihindarinya. Untuk menentukan standar kredit yang optimum perusahaan perlu membandingkan antara biaya marjinal pemberian kredit dan laba marjinal dari peningkatan penjualan.
     Yang termasuk dalam biaya marjinal adalah biaya-biaya produksi dan penjualan akan tetapi untuk sementara yang perlu diperhatikan adalah biaya-biaya yang berkaitan dengan kualitas para pelanggan, atau biaya kualitas kredit. Termasuk dalam biaya-biaya ini adalah (1) kerugian karena piutang ragu-ragu ; (2) biaya pemeriksaan dan penagihan yang lebih tinggi, dan (3) dan yang lebih besar yang tertahan dalam piutang dagang (yang mengakibatkan biaya modal lebih tinggi, karena pelanggan yang kurang layak menerima kredit, menunda pembayarannya).

SYARAT KREDIT
     Adalah kondisi pembayaran kredit yang ditawarkan kepada pelanggan; syarat kredit meliputi periode kredit dan potongan tunai. Periode kredit adalah jangka waktu dimulai dari ketika kredit diberikan, setelah itu kredit dianggap tertunggak.
Lima aspek syarat kredit yaitu sifat ekonomik produk, kondisi penjual, kondisi pembeli, periode kredit, dan potongan tunai.
-Sifat Ekonomik Produk
Barang-barang dengan perputaran penjualan yang tinggi dijual dengan syarat kredit yang relatif pendek, pembeli menjual kembali dengan cepat, yang menghasilkan uang tunai sehingga mampu membayar kepada pemasok.
-Kondisi Penjual
Penjual yang keuangannya lemah membutuhkan uang tunai atau syarat kredit yang ditawarkannya berjangka sangat pendek.
-Kondisi Pembeli
Pada umumnya pengecer yang sehat keuangannya menjual secara kredit, dan sebaliknya menerima kredit yang lebih lama.
-Periode Kredit
Melonggarkan periode kredit dapat mendorong kenaikan penjualan, akan tetapi biaya atas dana yang terikat pada piutang dagang akan meningkat.

-Potongan Tunai
Potongan tunai adalah reduksi harga didasarkan atas pembayaran yang dilakukan selama periode waktu yang ditentukan.
SEASONAL DATING              
     Adalah syarat kredit yang digunakan untuk mendorong konsumen untuk melakukan pembelian di luar musim (out of season) dengan tidak mengharuskan pembayaran sampai tanggal waktu yang telah ditentukan, tidak peduli kapanpun barang itu dibeli.

MANAJEMEN PERSEDIAAN
A.    Pengertian Menejemen Persediaan
Manajemen persediaan merupakan hal yang mendasar dalam penetapan
keunggulan kompetatif jangka panjang. Mutu, rekayasa, produk, harga, lembur, kapasitas berlebih, kemampuan merespon pelanggan akibat kinerja kurang baik, waktu tenggang (lead time) dan profitabilitas keseluruhan adalah hal-hal yang dipengaruhi oleh tingkat persediaan. Perusahaan dengan tingkat persediaan yang lebih tinggi daripada pesaing cenderung berada dalam posisi kompetitif yang lemah. Kebijaksanaan manajemen persediaan telah menjadi sebuah senjata untuk memenangkan kompetitif. Pada perusahaan manufaktur, persediaan terdiri dari persediaan bahan baku, barang dalam proses dan persediaan barang jadi. Manajemen persediaan yang akan dibahas disini lebih difokuskan pada manajemen persediaan bahan baku. Manajemen persediaan bahan baku bertujuan agar tingkat persediaan bahan baku cukup, tidak terlalu banyak tetapi tidak terlalu sedikit, sehingga biaya bahan baku ekonomis dan perusahaan tidak kehilangan kesempatan untuk melayani penjualan karena kurangnya persediaan bahan baku.
TOC (Rp) = F.N
TCC (Rp) = C.P.A
TIC (Rp)  = TCC + TOC
A=(S/N)/2
S, Total permintaan setahun à N, Jumlah/Frekuensi order per tahun
B. Elemen Harga Pokok Bahan Baku         
      Terdapat empat kelompok biaya yang mempengaruhi harga pokok persediaan bahan baku, yaitu :
1. Harga Faktur. Harga faktur adalah harga yang disetujui antara perusahaan dengan pemasoknya. Potongan pembelian akan mengurangi harga faktur, sedangkan biaya angkut yang ditanggung perusahaan diperlakukan sebagai tambahan harga faktur.
2. Biaya Pemesan Bahan Baku. Biaya ini disebut juga procurement cost atau ordering cost yaitu biaya yang dikeluarkan dalam melaksanakan pembelian bahan baku. Biaya ini dikelompokkan menjadi 2 yaitu :
a. Biaya Pemesan Tetap
b. Biaya Pemesan Variabel
3. Biaya Penyimpan Bahan Baku. Biaya ini disebut juga storage cost atau carrying cost yaitu biaya yang dikeluarkan dalam melaksanakan kegiatan penyimpanan bahan agar siap dipakai di dalam kegiatan produksi. Biaya ini dikelompokkan menjadi dua yaitu :
a. Biaya Penyimpanan Tetap
b. BiayaPenyimpanan Variabel
4. Biaya Ketidakcukupan Persediaan. Biaya ini timbul akibat adanya persediaan bahan baku yang tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan produksi. Biaya ini meliputi : kerugian hilangnya penjualan, tambahan biaya angkut karena dibeli secara mendadak, tuntutan dari pelanggan karena keterlambatan, dan tambahan biaya karena tidak teraturnya proses produksi.

C. Alasan Memiliki Persediaan
Laba yang maksimal dapat dicapai dengan meminimalkan biaya yang berkaitan dengan persediaan. Namun meminimalkan biaya persiapan dapat dicapai dengan memesan atau memproduksi dalam jumlah yang kecil, sedangkan untuk meminimalkan biaya pemesanan dapat dicapai dengan melakukan pesanan yang besar dan jarang. Jadi meminimalkan biaya penyimpanan mendorong jumlah persediaan yang sedikit atau tidak ada, sedangkan meminimalkan biaya pemesanan harus dilakukan dengan melakukan pemesanan persediaan dalam jumlah yang relatif besar, sehingga mendorong jumlah persediaan yang besar. Alasan yang kedua yang mendorong perusahaan menyimpan persediaan dalam jumlah yang relatif besar adalah masalah ketidakpastian permintaan. Jika permintaan akan bahan atau produk lebih besar dari yang diperkirakan, maka persediaan dapat berfungsi sebagai penyangga, yang memberikan perusahaan kemampuan untuk memenuhi tanggal penyerahan sehingga pelanggan merasa puas. Secara umum alasan untuk memiliki persediaan adalah sebagai berikut :
1. Untuk menyeimbangkan biaya pemesanan atau persiapan dan biaya penyimpanan.
2. Untuk memenuhi permintaan pelanggan, misalnya menepati tanggal pengiriman.
3. Untuk menghindari penutupan fasilitas manufaktur akibat :
a. Kerusakan mesin                                                        
b. Kerusakan komponen
c. Tidak tersedianya komponen
d. Pengiriman komponen yang terlambat
4. Untuk menyanggah proses produksi yang tidak dapat diandalkan.
5. Untuk memanfaatkan diskon
6. Untuk menghadapi kenaikan harga di masa yang akan datang.

D. Economic Order Quantity
      Biaya pemesan variabel dan biaya penyimpanan variabel mempunyai
hubungan terbalik, yaitu semakin tinggi frekuensi pemesanan, maka semakin rendah biaya penyimpanan variabel. Agar biaya pemesanan variabel dan biaya penyimpanan variabel dapat ditekan serendah mungkin, maka perlu dicari jumlah pembelian yang paling ekonomis.
EOQ (unit) = √2.F.S/C.P
F, Fixed Cost Pemesanan à S, Permintaan Tahunan à C, Carrying Cost per tahun à P, Harga beli per unit
E. Reorder Point
Agar pembelian bahan yang sudah ditetapkan dalam EOQ tidak mengganggu kelancaran kegiatan produksi, maka diperlukan waktu pemesanan kembali bahan baku. Faktor-faktor yang mempengaruhi titik pemesanan kembali adalah :
1. Lead Time. Lead time adalah waktu yang dibutuhkan antara bahan baku dipesan hingga sampai diperusahaan. Lead time ini akan mempengaruhi besarnya bahan baku yang digunakan selama masa lead time, semakin lama lead time maka akan semakin besar bahan yang diperlukan selama masa lead time.
2. Tingkat pemakaian bahan baku rata-rata persatuan waktu tertentu.
3. Persediaan Pengaman (Safety Stock), yaitu jumlah persediaan bahan minimum yang harus dimiliki oleh perusahaan untuk menjaga kemungkinan keterlambatan datangnya bahan baku, sehingga tidak terjadi stagnasi.
Dari ketiga faktor di atas, maka reorder point dapat dicari dengan rumus
berikut ini :
LD = Lead Time                                                                  
AU = Average Usage = Pemakaian rata-rata
SS = Safety Stock

F. Safety Stock
        Untuk menaksir besarnya safety stock, dapat dipakai cara yang relatif lebih teliti yaitu dengan metode sebagai berikut :
1.      Metode Perbedaan Pemakaian Maksimum dan Rata-Rata.
Metode ini dilakukan dengan menghitung selisih antara pemakaian maksimum dengan pemakaian rata-rata dalam jangka waktu tertentu (misalnya perminggu), kemudian selisih tersebut dikalikan dengan lead time. Misalkan PT. Agung memperkirakan pemakaian maksimum bahan-bahan perminggu sebesar 650 kg, sedangkan pemakaian rata-ratanya sebesar 500 kg dan lamanya lead time 2 minggu, maka data-data tersebut safety stock sebesar:
Safety Stock = (650 – 500) 2 = 300 Kg
2. Metode Statistika. Untuk menentukan besarnya safety stock dengan metode ini, maka dapat digunakan program komputer kuadrat terkecil (least square). Untuk menggambarkan penggunaan metode ini, maka diberi contoh berikut ini, yaitu untuk menaksir safety stock tahun 2001 didasarkan pada data tahun 2000.
Reorder Point = (LD x AU) + SS
Safety Stock = (Pemakaian Maksimum – Pemakaian Rata-Rata) Lead Time Jumlah 26.000 28.480 -480 155.200
Langkah-langkah menghitung Safety Stock :
1. Menghitung Rata-rata Deviasi = - 480 : 12 = 1 40
2. Menghitung selisih antara total deviasi kuadrat dengan total deviasi dikuadratkan dibagi
    n(-480)2 = 155.200 = 136.000n
3. Hasil langkah kedua dibagi n-1 dan hasilnya diakar kuadrat.
    136.000 = √ = 111,19
     12 – 1
4. Untuk menghitung besarnya safety stock dipengaruhi dua faktor  yaitu:
a. Besarnya derajat signifikan standar deviasi pada kurva normal yang digunakan,
     misalnya 97% = 2 atau 99,5% = 3.
b. Lamanya jangka waktu yang digunakan sebagai dasar perhitungan. Misalkan derajat signifikan yang          digunakan sebesar 99,5%, dan lama jangka waktu dasar selama 4 bulan, maka safety stock :
   = (3 x 111,19 x √4) – (-40 x 4) = 827,14
Konsep Diskon
Penawaran diskon 2% pada pembelian 6000 unit atau lebih. Perusahaan  akan memesan EOQ 7085 unit untuk menikmati diskon. Ternyata diskon ditawarkan pada pembelian 10.000 unit atau lebih.
TIC jika memesan pada EOQ 7085.
TIC= C.P (Q/2) + F. (S/Q)
= (0,2) (2000) (7085/2) + (100.000) (104.000/7085) = ----
Jika memesan 10.000 unit berapa TIC
Q jadi 10.000, dan P jadi 0,98 (karena diskon 2%) x 2000 = 1960
TIC = (0,2) (1960) (10.000/2) + (100.000) (104.000/10.000) = ---

Analisis kas
Kas merupakan salah satu bagian dari aktiva yang sifatnya paling lancar, dikatakan demikian karena kas dapat dengan segera dicairkan apabila dibutuhkan untuk memenuhi kewajiban atau diperlukan dalam kebutuhan perusahaan dalam waktu yang mendadak. Namun jumlah kas jika terlalu besar juga tidak begitu memberikan keuntungan bagi perusahaan karena, perputaran modal yang kecil sehingga tidak mendatangkan keuntungan bagi perusahaan. Kas dapat dibagi menjadi dua yaitu kas utama dan kas kecil (paty cash). Jumlah di dalam kas utama jauh lebih besar jika dibandingkan dengan kas kecil. Kalau kas besar biasanya disimpan dalalm lembaga keuangan misalnya Bank dan penggunaan kas tesebut sudah dianggarkan, seperti untuk membayar gaji karyawan. Sementara kas kecil merupakan sejumlah uang tunai yang disimpan oleh bagian keuangan yang terdapat dalam perusahaan tersebut. Uang tunai tersebut digunakan untuk keperluan yang nominalnya tidak terlalu besar, dan biasanya penggunaannya diluar rencana atau bersifat tak terduga.
Dalam penyimpanan kas dikenal 3 motif, diantaranya
1. Motif berjaga-jaga
yang dimaksud dengan motif ini adalah dimana kas yang disimpan ditujukan untuk keperluan yang mendadak yang tidak tercantum dalam perencanaan sebelumnya.
2. Motif transaksi
penyimpanan kas dengan motif transaksi ditujukan untuk keperluan transaksi perusahaan biasanya sudah tercantum dalam perencanaan perusahaan. Dan transaksi yang dilakukan bersifat tunai.
3. Motif spekulasi
Dalam motif spekulasi, kecermatan dari menejer keuangan dibutuhkan untuk melihat kesempatan dalam penyimpanan kas yang diharapkan mendapatkan keuntungan. Misalnya dalam pembelian saham yang sifatnya sangat fluktuatif.

Sebagai contoh, sebuah perusahaan industry dibidang textile memiliki pendapatan usaha 175.000.000/bulan. Jika diperhitungkan dalam sebulan jumlah pengeluaran dari perusahaan ini berkisar 100.000.000.- sehingga perusahaan ini memiliki keuntungan bersih sebesar Rp 75.000.000. keseluruhan keuntungan ini tidak langsung disimpan secara keselurahan didalam kas perusahaan, namun ada kebijakan manajemen keuangan mengenai keuntungan tersebut, yaitu :
1. 40% dari keuntungan itu diinvestasikan dalam bentuk peralatan, berupa mesin. Investasi ini diharapkan dapat meningkatkan produksi perusahaan. Sehingga menghasilkan keuntungan yang lebih besar lagi.
2. 30% dari keuntungan tersebut disimpan dalam kas perusahaan. Sudah termasuk dalam kas besar(utama) dan kas kecil. Kas ini akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan perusahaan dalam menjalankan usahanya.
3. 30% dari keuntungan tersebut akan diinvestasikan kedalam bentuk saham yang ditanamkan diperusahaan lain. Hal ini merupakan cara untuk membuka link terhadap perusahaan lain, dan salah satu cara untuk mengeksplorasi dan mengekspansi perusahaan


Analisis persediaan
Jika ditinjau dengan seksama, persediaan dapat diartikan sebagai berikut :
(a) asset yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha biasa;
(b) asset yang termasuk dalam proses produksi untuk penjualan tersebut; atau
(c) asset dalam bentuk bahan atau perlengkapan untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa.
Persediaan meliputi barang yang dibeli dan dimiliki untuk dijual kembali, misalnya, barang dagangan yang dibeli oleh pengecer untuk dijual kembali, atau pengadaan tanah dan properti lainnya untuk dijual kembali. Persediaan juga mencakupi Barang jadi yang diproduksi, atau barang dalam penyelesaian yang sedang diproduksi, oleh entitas serta termasuk bahan serta perlengkapan yang akan digunakan dalam proses produksi. Bagi perusahaan jasa, persediaan meliputi biaya jasa, di mana entitas belum mengakui pendapatan yang terkait
Biaya persediaan harus meliputi semua biaya pembelian, biaya konversi, dan biaya lain yang timbul sampai persediaan berada dalam kondisi dan lokasi saat ini.

1. Biaya Pembelian
Biaya pembelian persediaan meliputi harga beli, bea impor, pajak lainnya (kecuali yang kemudian dapat ditagih kembali oleh entitas kepada otoritas pajak), biaya pengangkutan, biaya penanganan, dan biaya lainnya yang secara langsung dapat diatribusikan pada perolehan barang jadi, bahan, dan jasa. Diskon dagang, rabat dan hal lain yang serupa dikurangkan dalam menentukan biaya pembelian.


2. Biaya Konversi
Biaya konversi persediaan meliputi biaya yang secara langsung terkait dengan unit yang diproduksi, misalnya biaya tenaga kerja langsung. Termasuk juga alokasi sistematis overhead produksi tetap dan variabel yang timbul dalam mengonversi bahan menjadi barang jadi.Overhead produksi tetap adalah biaya produksi tidak langsung yang relatif konstan, tanpa memerhatikan volume produksi yang dihasilkan, seperti penyusutan dan pemeliharaan bangunan dan peralatan pabrik, dan biaya manajemen dan administrasi pabrik.Overhead produksi variabel adalah biaya produksi tidak langsung yang berubah secara langsung, atau hampir secara langsung, mengikuti perubahan volume produksi, seperti bahan tidak langsung dan biaya tenaga kerja tidak langsung.

Pengalokasian overhead produksi tetap ke biaya konversi didasarkan pada kapasitas fasilitas produksi normal. Kapasitas normal adalah produksi rata-rata yang diharapkan akan tercapai selama suatu periode atau musim dalam keadaan normal, dengan memerhitungkan hilangnya kapasitas selama pemeliharaan terencana. Tingkat produksi aktual dapat digunakan jika mendekati kapasitas normal. Pengalokasian jumlahoverhead produksi tetap pada setiap unit produksi tidak bertambah sebagai akibat dari rendahnya produksi atau tidak terpakainya pabrik.Overhead yang tidak teralokasi diakui sebagai beban pada periode terjadinya. Dalam periode produksi tinggi yang tidak normal, jumlah overhead tetap yang dialokasikan pada tiap unit produksi menjadi berkurang sehingga persediaan tidak diukur di atas biayanya.Overhead produksi variabel dialokasikan pada unit produksi atas dasar penggunaan aktual fasilitas produksi.
Pengendalian persediaan secara umum berfungsi untuk :
• Memenuhi kebutuhan konsumen
Dalam fungsi ini, suatu perusahaan membeli persediaan dalam bentuk yang cukup besar, dikarenakan untuk memenuhi kebutuhan konsumen atau dengan kata lain, permintaan yang cukup tinggi yang membuat produksi meningkat sehingga persediaanpun perlu ditambah.
• Memenuhi kebutuhan musiman/siklus
Suatu perusahaan sudah pasti memiliki tujuan untuk mendapatkan keuntungan, dan salah satu cara untuk mendapatkan keuntungan adalah dengan melihat peluang yang terjadi disaat “pasar musiman”. Menejer perusahaan harus jeli, melihat kesempatan tersebut, sebelum “pasar musiman” itu tiba, persediaan harus sudah tersedia, sehingga pada saat “pasar musiman “ itu tiba barang sudah diproduksi dan peluang mendaptkan keuntungan cukup besar. Karena kemungkinan persediaan dari produk musiman akan mengalami kenaikan apabila dibeli pada saat “pasar musiman “tiba.
• Menggambil keuntungan dari pemberian diskon
Membeli persediaan dalam partai besar akan mendapatkan potongan harga, sehingga harga jual dapat ditekan, atau dengan cara lain suatu produk dapat diberikan diskon dari harga normalnya. Biasanya konsumen akan tertarik pada suatu produk yang didiskon walaupun produk itu tidak terlalu dibutuhkan dalam waktu yang segera. Diskon dapat menarik perhatian konsumen sehingga penjualan produk meningkat, produksi meningkat yang mengharuskan persediaan meningkat pula. Dan tentunya perputaran modalpun meningkat.
• Memperlancar aliran barang
Penyediaan persediaan harus diseimbangkan dengan aliran produk barang. Apabila aliran produk barang tidak terlalu lancar maka, sebaiknya jumlah dari persediaan jangan terlalu besar, agar perusahaan tidak mengalami kerugiaan. Misalnya perusahaan meubel X membeli persediaan barang dalam jumlah yang besar pada bulan januari, pembelian ini diharapkan memenuhi kebutuhan produksi sampai bulan April. Namun, pada bulan Maret harga dari persediaan tersebut mengalami penurunan harga. Perusahaan meubel lain menjual produk yang menggunakan persediaan yang sama lebih murah dibandingkan perusahaan X. sehingga pendapatan dari perusahaan X menurun, dan apabila perusahaan X mengikuti harga pasar atau sama dengan perusahaan meubel lainnya, maka perusahaan X akan rugi.

Analisis Piutang
Piutang adalah salah satu jenis transaksi akuntansi yang mengurusi penagihan konsumen yang berhutang pada seseorang, suatu perusahaan, atau suatu organisasi untuk barang dan layanan yang telah diberikan pada konsumen tersebut. Pada sebagian besar entitas bisnis, hal ini biasanya dilakukan dengan membuat tagihan dan mengirimkan tagihan tersebut kepada konsumen yang akan dibayar dalam suatu tenggat waktu yang disebut termin kredit atau pembayaran.

Piutang dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Piutang Usaha
digunakan untuk penjualan barang dagang secara kredit, dan biasanya diperkirakan akan diterima dalam periode waktu yang relatif pendek.
2. Wesel Tagih
digunakan untuk memberikan kredit berdasarkan instrumen kredit resmi, yang disebut wesel promes.
3. Piutang Lain-lain
meliputi piutang bunga, piutang pajak, dan piutang dari pejabat atau karyawan perusahaan
Pemberian piutang oleh perusahaan kepada pelanggan atau kliennya harus merupakan melalui kebijakan menejer keunagannya, sehingga perusahaan tersebut tidak dirugikan. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan saat seorang menejer memutuskan untuk memberikan piutang kepada orang lain, hal ini dikenal dengan 5C,
1. Carakter
2. Condisi
3. Capital
4. Collateral
5. Capacity
Disamping itu, pemberian piutang dapat juga disertai dengan memberikan syarat kepada klien, seperti sertifikat tanah, atau SK sebagai jaminan kepada perusahaan bahwa si klien tersebut memilki keterikatan kepada perusahaan.
Selain menguntungkan pihak klien, pemberian piutang juga memberikan keuntungan kepada pihak perusahaan yang mengeluarkan piutang. Dimana pada umumnya harga barang yang dijual secara kredit lebih mahal dibandingkan dengan tunai, sehingga perusahaan mendapatkan keuntungan lewat bunga yang dibebankan kepada kliennya. Sehingga perputaran barang serta modal perusahaan tersebut akan semakin lancar dan mendatangkan keuntungan kepada perusahaan.
Namun ada pula kerugian yang mungkin akan dialami oleh perusahaan, yaitu piutang tak tertagih. Untuk menghindari kerugian ini, pihak menjer keungan perusahaan harus cermat memikirkan apa yang mungkin dapat menghindarkan hal ini terjadi kepada perusahaan. Beberapa alternative yang dapat diambil untuk menghindari adanya piutang tek tertagih seperti :
1. Harga jual
Menaikkan harga jual kepada klien/konsumen yang membeli secara kredit. Dharga jual yang dimaksud sudah termasuk kepada bunga atas pembelian kredit tersebut. Semakin lama waktu pembayaran/cicilan biasanya nominal dari pembayaran akan semakin kecil namun, bunganya akan lebih besar. Dan ini merupakan kesepakatan antara perusahaan dank lien/konsumen.
2. Diskon
Pemberian diskon terhadap barang yang dijual secara kredit diharapkan memberikan ransangan kepada klien/konsumen untuk membayar utangnya lebih cepat. Akan tetapi perusahaan harus dapat memperhitungakan diskon yang diberikan tidak akan membuat perusahaan rugi.
3. Waktu/musim
Dalam memberikan piutang perusahaan harus melihat kapasitas dari kliennya, apakah mungkin untuk membayar cicilannya atau tidak dalam beberapa waktu kedepan. Misalnya dengan melihat status/pekerjaan si klien. Apabila pekerjaan kliennya adalah seorang petani, perusahaan mungkin dapat menganalisis kapan kemungkinan sipetani tersebut dapat melunasi cicilannya, tentunya saat panen. Sehingga perusahaan dapat melihat musim panen sebagai peluang untuk mendapatkan keuntungan, dengan memberikan piutang kepada para petani.
4. Penambahan karyawan
Penambahan karyawan yang dimaksudkan adalah penambahan dalam bidang penagihan atau survey. Dimana untuk memastikan si klien dari perusahaan ini memiliki kemampuan untuk membayar utangnya terhadap perusahaan, untuk memastikan keakuratan data-data dari klien. Sehingga perusahaan tidak tidak dirugikan dengan data-data palsu.
5. Hadiah
Biasanya pemberian hadiah kepada klien yang yang memiliki utang dikarenakan pembayaran utang yang tepat waktu. Sehingga hadiah ini sebagai tanda apresiasi pada klien serta untuk menarik perhatian lagi dari perusahaan agar tetap terjalin kerjasama antara klien dan perusahaan.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar