MACAM MACAM PENDEKATAN
Macam-macam penekatan kepemimpinan:
a. Pendekatan sifat / ciri. Pendekatan ini
menekankan pada sifat pemimpin seperti kepribadian, motivasi, nilai, dan
keterampilan.
Pendekatan kepemimpinan melalui sifat (bakat)
berdasarkan teori kesifatan. Bahwa pemimpin yang baik itu dilahirkan bukan
diciptakan. Namun anggapan itu gugur, maka Keith Davis merumuskan 4 sifat umum
yang dapat mempengaruhi keberhasilan kepemimpinan organisasi, yaitu :
kecerdasan
kedewasaan dan keleluasan hubungan sosial
motivasi diri dan dukungan berprestasi
sifat-sifat hubungan kemanusiaan.
b. Pendekatan perilaku. Menekankan pada penelitian
tentang sifat dari pekerjaan manajerial, dan membandingkan perilaku pemimpin
yang efektif dan tidak efektif. Penelitian ini di awali pada tahun 1950-an
setelah para penliti tidak puas dengan pendekatan ciri dan mulai memberikan
perhatian yang lebih mendalam terhadap apa yang sebenarnya dilakukan oleh
manajer dalam pekerjaannya.
Teori perilaku – OHIO. Penelitian Universitas Negeri
Ohio.
Struktur pemrakarsa : tingkat dimana pemimpin
berkemungkinan mendefinisikan dan menstruktur perannya dan peran para anak
buahnya dalam mengupayakan pencapaian sasaran.
Pertimbangan : tingkat dimana pemimpin
berkemungkinan memiliki hubungan pekerjaan yang dicirikan dengan rasa saling
percaya, penghormatan terhadap gagasan bawahan, dan menghargai perasaan mereka.
c. Pendekatan kekuasaan – pengaruh. Kekuasaan
merupakan kapasitas untuk mempengaruhi secara unilateral sikap dan perilaku
orang ke arah yang diinginkan (Gary Yukl, 1996:183).
Kartini Kartono (1994:140) mengungkapkan bahwa sumer
kekuasaan pemimpin dapat berasal dari:
kemampuan untuk mempengaruhi orang lain.
Sifat dan sikapnya yang lebih unggul sehingga
memiliki kewibawaan terhadap pengikutnya.
Memiliki informasi, pengetahuan dan pengalaman
yang luas
Memiliki human relation yang baik, kepandaian
bergaul dan berkomunikasi.
Ada dua teori yang menjelaskan bagaimana kekuasaan
diperoleh dan dipertahankan atau hilang dalam organisasi yaitu, social exchange
theory dan strategic contingencies theory.
d. Pendekatan situasional. Menekankan pada faktor
kontekstual yang mempengaruhi proses kepemimpinan seperti, sifat pekerjaan,
sifat lingkungan, dan karakter pengikutnya. Asumsi yang dipakai adalah,
perbedaan atribut akan efektif dalam situasi yang berbeda, dan atribut yang
sama tidak akan optimal untuk berbagai macam situasi, teori ini terkadang
disebut teori kontinjensi.
Teori situasional Hershey dan Blanchard (SLT),
adalah teori kontinjensi yang memusatkan perhatian pada pengikut, mengatakan :
Jika pengikut tidak mampu dan tidak ingin
melakukan tugas, pemimpin perlu memberikan alasan yang khusus dan jelas.
Jika pengikut tidak mampu dan ingin, pemimpin
perlu memaparkan orientasi tugas-tugas yang tinggi.
Jika pengikut mampu dan tidak ingin, pemimpin
perlu mendukung dan partisipatif.
Jika pengikut mampu dan ingin, pemimpin tidak perlu
berbuat banyak.
Menurut stoner kepemimpinan adalah sebagai proses mengarahkan dan mempengaruhi kegiatan yang berhubungan dengan tugas. Ada tiga implikasi penting dalam kepemimpinan yaitu: pertama, kepemimipinan melibatkan orang lain (bawahan atau pengikut). Kedua, kepemimpinan merupakan pembagian yang tidak seimbang diantara pemimpin dan anggota kelompok. Ketiga, kepemimpinan disamping dapat mempengaruhi bawahan juga mempunyai pengaruh.
Beberapa pendekatan kepemimpinan:
Menurut stoner kepemimpinan adalah sebagai proses mengarahkan dan mempengaruhi kegiatan yang berhubungan dengan tugas. Ada tiga implikasi penting dalam kepemimpinan yaitu: pertama, kepemimipinan melibatkan orang lain (bawahan atau pengikut). Kedua, kepemimpinan merupakan pembagian yang tidak seimbang diantara pemimpin dan anggota kelompok. Ketiga, kepemimpinan disamping dapat mempengaruhi bawahan juga mempunyai pengaruh.
Beberapa pendekatan kepemimpinan:
1.Pendekatan studi kepemimpinan
Untuk mempelajari kepemimpinan menggunakan tiga pendekatan. Pendekatan pertama bahwa kepemimpinan itu tumbuh dari bakat, kedua kepemimpinan tumbuh dari perilaku. Kedua pendekatan diatas berasumsi bahwa seseorang yang memiliki bakat yang cocok atau memperlihatkan perilaku yang sesuai akan muncul sebagai pemimpin dalam situasi kelompok ( organisasi ) apapun yang ia masuki. Pendekatan yang ketiga bersandar pada pandangan situasi ( situasionar perspective ) pandangan ini berasumsi bahwa kondisi yang menentukan efektifitas pemimpin. Efektifitas pemimpin bervareasi menurut situasi tugas yang harus diselesaikan, keterampilan dan pengharapan bawahan lingkungan organisasi dan pengalaman masa lalu pemimpin dan bawahan. Dalam situasi yang berbeda prestasi seorang pemimpin berbeda pula, mungkin lebih baik atau lebih buruk. Pendekatan ini memunculkan pendekatan kontingensi yang menentukan efektifitas situasi gaya pemimpin.
Untuk mempelajari kepemimpinan menggunakan tiga pendekatan. Pendekatan pertama bahwa kepemimpinan itu tumbuh dari bakat, kedua kepemimpinan tumbuh dari perilaku. Kedua pendekatan diatas berasumsi bahwa seseorang yang memiliki bakat yang cocok atau memperlihatkan perilaku yang sesuai akan muncul sebagai pemimpin dalam situasi kelompok ( organisasi ) apapun yang ia masuki. Pendekatan yang ketiga bersandar pada pandangan situasi ( situasionar perspective ) pandangan ini berasumsi bahwa kondisi yang menentukan efektifitas pemimpin. Efektifitas pemimpin bervareasi menurut situasi tugas yang harus diselesaikan, keterampilan dan pengharapan bawahan lingkungan organisasi dan pengalaman masa lalu pemimpin dan bawahan. Dalam situasi yang berbeda prestasi seorang pemimpin berbeda pula, mungkin lebih baik atau lebih buruk. Pendekatan ini memunculkan pendekatan kontingensi yang menentukan efektifitas situasi gaya pemimpin.
2.Pendekatan Sifat-Sifat Kepemimpinan
Kelompok pertama yang bermaksud menjelaskan tentang aspek kepemimpinan yaitu para teoritis kesifatan. Bahwa pemimpin mempunyai sifat dan cirri tertentu.
Untuk mengenali karakteristik atau ciri pribadi dari para pemimpin, para psikolog mengadakan penelitian. Mereka berpandangan bahwa pemimpin ini dilahirkan bukan dibuat. Secara alamiah bahwa orang yang mempunyai sifat kepemimpinan adalah orang yang lebih agresif. Lebih tegas, dan lebih pandai berbicara dengan orang lain serta lebih mampu dan cepat mengambil keputusan yang akurat. Pandangan ini mempunyai implikasi bahwa jika ciri kepemimpinan dapat dikenali. Maka organisasi akan jauh lebih canggih dalam memilih pemimpin. Hanya orang-orang yang memiliki ciri-ciri kepemimpinan sajalah yang akan menjadi manajer, pejabat dan kedudukan lainnya yang tinggi.
Ukuran dalam pencarian ciri kepemimpinan menggunakan dua pendekatan
1)membandingkan bawahan dengan pemimpin 2) membandingkan ciri pemimpin yang efektif dengan yang tidak efektif.
Kelompok pertama yang bermaksud menjelaskan tentang aspek kepemimpinan yaitu para teoritis kesifatan. Bahwa pemimpin mempunyai sifat dan cirri tertentu.
Untuk mengenali karakteristik atau ciri pribadi dari para pemimpin, para psikolog mengadakan penelitian. Mereka berpandangan bahwa pemimpin ini dilahirkan bukan dibuat. Secara alamiah bahwa orang yang mempunyai sifat kepemimpinan adalah orang yang lebih agresif. Lebih tegas, dan lebih pandai berbicara dengan orang lain serta lebih mampu dan cepat mengambil keputusan yang akurat. Pandangan ini mempunyai implikasi bahwa jika ciri kepemimpinan dapat dikenali. Maka organisasi akan jauh lebih canggih dalam memilih pemimpin. Hanya orang-orang yang memiliki ciri-ciri kepemimpinan sajalah yang akan menjadi manajer, pejabat dan kedudukan lainnya yang tinggi.
Ukuran dalam pencarian ciri kepemimpinan menggunakan dua pendekatan
1)membandingkan bawahan dengan pemimpin 2) membandingkan ciri pemimpin yang efektif dengan yang tidak efektif.
3.Pendekatan Situasional “ Contingency”
Pendekatan ini menggambarkan tentang gaya kepemimpian yang tergantung pada faktor situasi, karyawan, tugas, organisasi dan variabel lingkungan lainnya.
Mary Parker Follectt mengatakan bahwa ada tiga faktor utama yang mempengaruhi kepemimpinan yaitu 1) pemimpin, 2) bawahan 3) Situasi juga pemimpin harus berorientasi pada kelompok.
Pendekatan ini menggambarkan tentang gaya kepemimpian yang tergantung pada faktor situasi, karyawan, tugas, organisasi dan variabel lingkungan lainnya.
Mary Parker Follectt mengatakan bahwa ada tiga faktor utama yang mempengaruhi kepemimpinan yaitu 1) pemimpin, 2) bawahan 3) Situasi juga pemimpin harus berorientasi pada kelompok.
Pendekatan dalam Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah suatu konsep yang kompleks sehingga para ahli mengkaji masalah ini dari aneka sisi. Masing-masing sisi memiliki keunggulan dan kelemahan masing-masing. Sebagai contoh, penulis seperti Peter G. Northouse membagi pendekatan kepemimpinan menjadi 11, yaitu:
1. Pendekatan Sifat (Trait)
2. Pendekatan Keahlian (Skill)
3. Pendekatan Gaya (Style)
4. Pendekatan Situasional
5. Pendekatan Kontijensi
6. Teori Path Goal
7. Teori Pertukaran Leader Member
8. Pendekatan Transformasional
9. Pendekatan Otentik
10. Pendekatan Tim
11. Pendekatan Psikodinamik
Kepemimpinan adalah suatu konsep yang kompleks sehingga para ahli mengkaji masalah ini dari aneka sisi. Masing-masing sisi memiliki keunggulan dan kelemahan masing-masing. Sebagai contoh, penulis seperti Peter G. Northouse membagi pendekatan kepemimpinan menjadi 11, yaitu:
1. Pendekatan Sifat (Trait)
2. Pendekatan Keahlian (Skill)
3. Pendekatan Gaya (Style)
4. Pendekatan Situasional
5. Pendekatan Kontijensi
6. Teori Path Goal
7. Teori Pertukaran Leader Member
8. Pendekatan Transformasional
9. Pendekatan Otentik
10. Pendekatan Tim
11. Pendekatan Psikodinamik
Pendekatan Sifat (Trait Approach atau Quality
Approach)
Pendekatan sifat termasuk pendekatan kepemimpinan yang paling tua. Pendekatan sifat menganggap pemimpin itu dilahirkan (given) bukan dilatih atau diasah yang terdiri atas atribut tertentu yang melekat pada diri pemimpin, atau sifat personal, yang membedakan pemimpin dari pengikutnya. Pendekatan sifat juga disebut teori kepemimpinan orang-orang besar. Lebih jauh, pendekatan ini juga membedakan antara pemimpin yang efektif dengan yang tidak efektif. Pendekatan ini dimulai tahun 1930-an dan hingga kini telah meliputi 300 riset.
sifat-sifat yang melekat pada diri seorang pemimpin yang melakukan kepemimpinan (menurut pendekatan sifat) adalah sifat-sifat kualitatif berikut:
1. Intelijensi, pemimpin cenderung dalam hal kemampuan bicara, menafsir dan menalar.
2. Kepercayaan Diri, pemimpin harus yakin akan kompetensi dan keahlian yang dimiliki, dan juga meliputi harga diri serta keyakinan diri.
3. Determinasi, hasrat menyelesaikan pekerjaan yang meliputi cirri seperti berinisiatif, kegigihan, mempengaruhi dan cenderung menyetir.
4. Integritas, kualitas kejujuran dan dapat dipercaya.
5. Sosiabilitas, kecenderungan pemimpin untuk menjalin hubungan yang menyenangkan.
Sementara itu, secara kuantitatif, pendekatan sifat memilah indikator kepemimpinan yang juga dikenal sebagai The Big Five Personality Factors sebagai berikut:
1. Neurotisisme, kecenderungan menjadi depresi, gelisah,tidak aman, mudah diserang dan bermusuhan.
2. Ekstraversi, kecenderungan menjadi sosiabel dan tegas serta punya semangat positif.
3. Keterbukaan, kecenderungan menerima masukan, berwawasan dan punya rasa ingin tahu.
4. Keramahan, kecenderungan untuk menerima, menyesuaikan diri, bias dipercaya dan mengasuh
5. Kecermatan, kecenderungan teliti, terorganisir, terkendali, dapat diandalkan, dan bersifat menentukan.
Pendekatan sifat termasuk pendekatan kepemimpinan yang paling tua. Pendekatan sifat menganggap pemimpin itu dilahirkan (given) bukan dilatih atau diasah yang terdiri atas atribut tertentu yang melekat pada diri pemimpin, atau sifat personal, yang membedakan pemimpin dari pengikutnya. Pendekatan sifat juga disebut teori kepemimpinan orang-orang besar. Lebih jauh, pendekatan ini juga membedakan antara pemimpin yang efektif dengan yang tidak efektif. Pendekatan ini dimulai tahun 1930-an dan hingga kini telah meliputi 300 riset.
sifat-sifat yang melekat pada diri seorang pemimpin yang melakukan kepemimpinan (menurut pendekatan sifat) adalah sifat-sifat kualitatif berikut:
1. Intelijensi, pemimpin cenderung dalam hal kemampuan bicara, menafsir dan menalar.
2. Kepercayaan Diri, pemimpin harus yakin akan kompetensi dan keahlian yang dimiliki, dan juga meliputi harga diri serta keyakinan diri.
3. Determinasi, hasrat menyelesaikan pekerjaan yang meliputi cirri seperti berinisiatif, kegigihan, mempengaruhi dan cenderung menyetir.
4. Integritas, kualitas kejujuran dan dapat dipercaya.
5. Sosiabilitas, kecenderungan pemimpin untuk menjalin hubungan yang menyenangkan.
Sementara itu, secara kuantitatif, pendekatan sifat memilah indikator kepemimpinan yang juga dikenal sebagai The Big Five Personality Factors sebagai berikut:
1. Neurotisisme, kecenderungan menjadi depresi, gelisah,tidak aman, mudah diserang dan bermusuhan.
2. Ekstraversi, kecenderungan menjadi sosiabel dan tegas serta punya semangat positif.
3. Keterbukaan, kecenderungan menerima masukan, berwawasan dan punya rasa ingin tahu.
4. Keramahan, kecenderungan untuk menerima, menyesuaikan diri, bias dipercaya dan mengasuh
5. Kecermatan, kecenderungan teliti, terorganisir, terkendali, dapat diandalkan, dan bersifat menentukan.
Pendekatan Keahlian (Skills Approach)
Pendekatan Keahlian punya fokus yang sama dengan pendekatan sifat yaitu individu pemimpin. Bedanya, jika pendekatan sifat menekankan pada karakter personal pemimpin yang bersifat given by God, maka pendekatan keahlian menekankan pada keahlian dan kemampuan yang dapat dipelajari dan dikembangkan oleh siapapun yang ingin menjadi pemimpin organisasi. Definisi pendekatan keahlian adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan pengetahuan dan kompetensi yang ada dalam dirinya untuk mencapai seperangkat tujuan. Keahlian, menurut pendekatan keahlian dapat dipelajari, dilatih, dan dikembangkan.
Pendekatan Keahlian terbagi dua : (1) Keahlian Administratif Dasar, dan (2) Model Keahlian Baru. Keahlian Administratif Dasar terdiri atas penguasaan dalam hal: Teknis, Manusia, dan Konseptual.
Keahlian Administratif Dasar. Kepemimpinan banyak didasari oleh tiga keahlian administrasi dasar yaitu: teknis, manusia, dan konseptual. Keahlian-keahlian ini berbeda sesuai sifat dan kualitas seorang pemimpin.
Model Keahlian Baru. Model Keahlian Baru dikenal juga dengan nama Model Kapabilitas. Model ini menguji hubungan antara pengetahuan dan keahlian seorang pemimpin dengan kinerja yang ditunjukkan oleh pemimpin tersebut dalam memimpin.
Pendekatan Keahlian punya fokus yang sama dengan pendekatan sifat yaitu individu pemimpin. Bedanya, jika pendekatan sifat menekankan pada karakter personal pemimpin yang bersifat given by God, maka pendekatan keahlian menekankan pada keahlian dan kemampuan yang dapat dipelajari dan dikembangkan oleh siapapun yang ingin menjadi pemimpin organisasi. Definisi pendekatan keahlian adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan pengetahuan dan kompetensi yang ada dalam dirinya untuk mencapai seperangkat tujuan. Keahlian, menurut pendekatan keahlian dapat dipelajari, dilatih, dan dikembangkan.
Pendekatan Keahlian terbagi dua : (1) Keahlian Administratif Dasar, dan (2) Model Keahlian Baru. Keahlian Administratif Dasar terdiri atas penguasaan dalam hal: Teknis, Manusia, dan Konseptual.
Keahlian Administratif Dasar. Kepemimpinan banyak didasari oleh tiga keahlian administrasi dasar yaitu: teknis, manusia, dan konseptual. Keahlian-keahlian ini berbeda sesuai sifat dan kualitas seorang pemimpin.
Model Keahlian Baru. Model Keahlian Baru dikenal juga dengan nama Model Kapabilitas. Model ini menguji hubungan antara pengetahuan dan keahlian seorang pemimpin dengan kinerja yang ditunjukkan oleh pemimpin tersebut dalam memimpin.
Pendekatan Gaya Kepemimpinan
Pendekatan gaya kepemimpinan menekankan pada perilaku seorang pemimpin. Ia berbeda dengan pendekatan sifat yang menekankan pada karakteristik pribadi pemimpin, juga berbeda dengan pendekatan keahlian yang menekankan pada kemampuan administratif pemimpin. Pendekatan gaya kepemimpinan fokus pada apa benar-benar dilakukan oleh pemimpin dan bagaimana cara mereka bertindak.
Pendekatan ini menganggap kepemimpinan apapun selalu menunjukkan dua perilaku umum : (1) Perilaku Kerja, dan (2) Perilaku Hubungan. Perilaku kerja memfasilitasi tercapainya tujuan: Mereka membantu anggota kelompok mencapai tujuannya. Perilaku hubungan membantu bawahan untuk merasa nyaman baik dengan diri sendiri, dengan orang lain, maupun dengan situasi dimana mereka berada. Tujuan utama pendekatan gaya kepemimpinan adalah menjelaskan bagaimana pemimpin mengkombinasikan kedua jenis perilaku (kerja dan hubungan) guna mempengaruhi bawahan dalam upayanya mencapai tujuan organisasi.
Pendekatan gaya kepemimpinan menekankan pada perilaku seorang pemimpin. Ia berbeda dengan pendekatan sifat yang menekankan pada karakteristik pribadi pemimpin, juga berbeda dengan pendekatan keahlian yang menekankan pada kemampuan administratif pemimpin. Pendekatan gaya kepemimpinan fokus pada apa benar-benar dilakukan oleh pemimpin dan bagaimana cara mereka bertindak.
Pendekatan ini menganggap kepemimpinan apapun selalu menunjukkan dua perilaku umum : (1) Perilaku Kerja, dan (2) Perilaku Hubungan. Perilaku kerja memfasilitasi tercapainya tujuan: Mereka membantu anggota kelompok mencapai tujuannya. Perilaku hubungan membantu bawahan untuk merasa nyaman baik dengan diri sendiri, dengan orang lain, maupun dengan situasi dimana mereka berada. Tujuan utama pendekatan gaya kepemimpinan adalah menjelaskan bagaimana pemimpin mengkombinasikan kedua jenis perilaku (kerja dan hubungan) guna mempengaruhi bawahan dalam upayanya mencapai tujuan organisasi.
Pendekatan Kepemimpinan Situasional
Pendekatan Situasional adalah pendekatan yang paling banyak dikenal. Pendekatan ini dikembangkan oleh Paul Hersey and Kenneth H. Blanchard tahun 1969 berdasarkan Teori Gaya Manajemen Tiga Dimensi karya William J. Reddin tahun 1967. Pendekatan kepemimpinan Situasional fokus pada fenomena kepemimpinan di dalam suatu situasi yang unik. Premis dari pendekatan ini adalah perbedaan situasi membutuhkan gaya kepemimpinan yang berbeda. Dari cara pandang ini, seorang pemimpin agar efektif harus mampu menyesuaikan gaya mereka terhadap tuntutan situasi yang berubah-ubah. Pendekatan kepemimpinan situasional menekankan bahwa kepemimpinan terdiri atas dimensi arahan dan dimensi dukungan.
Dengan mengkombinasikan derajat tertentu perilaku kerja dan derajat tertentu perilaku hubungan, pemimpin yang efektif dapat memilih empat gaya kepemimpinan yang tersedia, yaitu:
1. Pemberitahu
2. Partisipatif
3. Penjual
4. Pendelegasian
Pendekatan Situasional adalah pendekatan yang paling banyak dikenal. Pendekatan ini dikembangkan oleh Paul Hersey and Kenneth H. Blanchard tahun 1969 berdasarkan Teori Gaya Manajemen Tiga Dimensi karya William J. Reddin tahun 1967. Pendekatan kepemimpinan Situasional fokus pada fenomena kepemimpinan di dalam suatu situasi yang unik. Premis dari pendekatan ini adalah perbedaan situasi membutuhkan gaya kepemimpinan yang berbeda. Dari cara pandang ini, seorang pemimpin agar efektif harus mampu menyesuaikan gaya mereka terhadap tuntutan situasi yang berubah-ubah. Pendekatan kepemimpinan situasional menekankan bahwa kepemimpinan terdiri atas dimensi arahan dan dimensi dukungan.
Dengan mengkombinasikan derajat tertentu perilaku kerja dan derajat tertentu perilaku hubungan, pemimpin yang efektif dapat memilih empat gaya kepemimpinan yang tersedia, yaitu:
1. Pemberitahu
2. Partisipatif
3. Penjual
4. Pendelegasian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar